Rabu, 09 Juni 2010

tentang depresi

Depresi. Kata ini menggambarkan bahwa seseorang sedang terpuruk.

Produktivitas Menurun
Keadaan seperti ini kemungkinan besar disebabkan oleh banyaknya orang yang tidak begitu mengenal apa sebenarnya depresi. Akibatnya, meski mereka depresi, karena tidak tahu dirinya depresi, mereka tidak mau mengakuinya. Lagipula, dalam masyarakat kita, depresi sudah diasosiasikan dengan keadaan sakit jiwa. Suatu penyakit yang memalukan, menandakan orang kurang iman, kurang bertaqwa dan kurang gigih.

Rendahnya pemahaman masyarakat akan kesehatan jiwa ini menyebabkan maraknya sikap dan perilaku keliru terhadap persoalan gangguan jiwa. Keadaan ini membuat penderita depresi cenderung menyembunyikan keluhan-keluhannya dan enggan mencari upaya penyembuhan.

Padahal, efek depresi jelas sangat tidak menyenangkan. Hilangnya konsentrasi, menurunnya minat entah makan atau beraktivitas apa pun serta gairah hidup menyebabkan turunnya produktivitas. Ini terjadi karena adanya disregulasi neurotransmitter aminergik (hormon yang terkait dengan kewaspadaan) seperti serotonin (hormon yang mengatur perasaan), norepinefrin (hormon yang mempengaruhi energi interest), dan dopamine (hormon yag memengaruhi minat). Kekacauan hormon entah akibat genetic atau factor lain ini menyebabkan kacaunya seseorang.

Dalam proses penyembuhannya, depresi tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek, sebulan atau dua bulan. Setidaknya butuh waktu setahun untuk bisa melihat hasilnya.

Di Amerika Serikat, sekurangnya-kurangnya mendekati 40 persen, para penderita depresi bisa sembuh lagi. Sementara 20 persen akan sembuh tapi masih saja akan mengalami depresi dalam skala ringan. Dan 40 persen sisanya, sulit diatasi. “Tidak tahu di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar