Minggu, 26 September 2010

contoh artikel ttg sex bebas

Oleh : I Gusti Made Oka

A. Pendahuluan

Remaja merupakan sutu fase peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada fase ini remaja akan memasuki masa pubertas. Kata “pubertas” berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya.

Dalam periode ini, terdapat beberapa perubahan yang sangat menonjol dalam diri remaja, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat biologis dan psikologis. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon yang terus berkembang dalam tubuh anak. Perubahan yang bersifat biologis dapat dilihat dari perubahan fisik yang sangat menonjol. Sedangkan perubahan secara psikologis dilihat dari perubahan perilaku. Perilaku sebagai bagian dari ciri pubertas ini ditunjukkan dalam sikap, perasan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan. Lebih-lebih dalam persahabatan dan ”cinta”. Rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang. Ketertarikan pada lain jenis suka seperti “cinta monyet” yang ditandai dengan adanya hubungan pacaran di kalangan remaja. Organ-organ seks yang telah matang juga menyebabkan remaja mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai dinilai oleh masyarakat tidak sopan.

Usia remaja yang sangat rentan terhadap perubahan pubertas ini adalah remaja sekolah yang dalam banyak kasus terjadi penyimpangan dalam prilaku seks yang wajar dan bertanggung jawab, sehingga dibutuhkan sikap dasar tertentu yaitu pengertian, penerimaan, dan pemahaman dari orang tua, sekolah dan masyarakat luas untuk menghadapi masalah remaja yang kompleks.

B. Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah

Remaja sekolah bagian dari remaja yang masih dalam transisi dan rawan sangat berpotensi terjadinya penyimpangan prilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Ada beberapa faktor penyebab hal tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah faktor yang ada dalam diri remaja yang bersifat alamiah atau faktor hormonal. Faktor ini menyebabkan remaja secara alamiah untuk menyukai lawan jenisnnya, dan apabila tidak dibimbing secara benar akan terjerumus pada prilaku yang menyimpang dari sewajarnya, seperti pergaulan dan seks bebas.

Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak dikalangan pelajar, membuat dunia pendidikan semakin tercoreng, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak 12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 % (sumber: BKKBN).

Maraknya pergaulan dan seks bebas dikalangan remaja saat ini tidak terlepas dari beberapa hal :

1. hormonal yang tumbuh dalam diri remaja yang sudah mengenal dan tertarik pada lawan jenisnya. Remaja yang tidak bisa mengendalikan pengaruh hormon ini akan menyalurkannya pada kegiatan yang negatif.
2. gaya hidup, remaja yang masih mencari dentitas diri akan menirukan gaya hidupa atau figure seseorang yang dianggap mereka trend, termasuk pergaulan bebas dan seks bebas yang dianggap gaul.
3. teman sebaya, ciri khas remaja adalah sangat percaya dan yakin akan teman sebaya daripada orang-orang dewasa yang membimbing mereka kearah yang baik. Teman sebaya yang memiliki pola hidup yang bebas dan merdeka yang lepas dari pengawasan orang tua sangat berpotensi untuk terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
4. rasa keingintahuan dan tahap coba-coba, remaja mempunyai ciri khas rasa ingin tahu dan tahap coba-coba hal yang baru tanpa memperhitungka resiko yang diakibatkannya nanti, rasa inilah yang menyebabkan remaja terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
5. ketika seks menjadi simbol remaja, seks saat ini dianggap oleh kalangan remaja sebagai sebuah simbul remaja. Semua pembicaraan dan tingkahlaku remaja selalu dihubungkan dengan seks. Ada trend yang mengatakan “nggak gaul kalau nggak ngsek”
6. media, media telekomunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam maraknya seks bebas dikalangan remaja sekolah, hal ini tampak dari media telekomunikasi yang digunakan remaja seperti : hp, komputer, film, TV banyak mengandung muatan pornografi yang notabene disukai oleh kaum remaja.

C. Pengaruh Media terhadap Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Kemajuan IT akan membuat perubahan tingkah laku manusia dan membentuk budaya global. Media teknologi yang ngetrend saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone, internet dll

Budaya global tersebut secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi yang mempertontonkan dan memperdengarkan perilaku seksual melalui media majalah, surat kabar, tabloid, buku-buku, televisi, radio, internet, film-film, dan video. Teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi secara interaktif mengenai hal-hal yang berorientasi seksual secara online melalui internet (Syarif, 2008).

Pada awalnya media massa elektronik tersebut sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi dan hiburan dengan mudah. Di balik kemudahan itu tanpa disadari media massa elektronik juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya remaja, dengan bebasnya media massa elektronik menyajikan tontonan yang tidak memperlihatkan norma-norma sosial seperti perilaku seks pranikah, akan mempengaruhi perilaku masyarakat terutama pada remaja yang taraf berfikirnya belum matang.

D. Peran Orang Tua, Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan Seks/Kesehatan Reproduksi.

Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks.

Melihat kenyataan tersebut, jelas keluarga membutuhkan pihak lain dalam melengkapi upaya pembelajaran alami terhadap hakikat seksualitas manusia. Pihak lain yang cukup berkompeten untuk menambah dan melengkapi pengetahuan orang tua, menjadi perantara antara orang tua dan anak dalam memberikan pendidikan seks adalah sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, di mana anak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan perlindungan.

Oleh karena itu, pendidikan seks di sekolah merupakan komplemen dari pendidikan seks di rumah. Peran sekolah dalam memberikan pendidikan seks harus dipahami sebagai pelengkap pengetahuan dari rumah dan institusi lain yang berupaya keras untuk mendidik anak-anak tentang seksualitas dan bukan berarti bahwa sekolah mengambil porsi orang tua. Ada beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk memberikan pendidikan seks disekolah, seperti dimasukkan kedalam mata pelajaran tertentu dan memiliki wadah tersendiri dalam ekstrakrikuler.

Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kehidupan Keluarga Internasinoal ialah:

1. Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
2. Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
3. Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
4. Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
5. Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial.
6. Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
7. Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan perilaku sosial.
8. Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan perilaku seksual.
9. Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.

Seks Education atau pendidikan seks bagi para pelajar memang sudah dicanangkan oleh pemerintah dalam mencegah terjadinya seks bebas dikalangan remaja, hal ini ditunjukan dengan adanya seminar-seminar pendidikan yang diadakan oleh beberapa LSM tentang pemahaman dan bahaya dari seks bebas dan akibat dari seks bebas yaitu tentang HIV AIDS.

Didalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangat lah penting, sehingga diharapkan para pelajar mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas dikalangan remaja tidak terus bertambah.

E. Penutup

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, memiliki perubahan secara fisik dan psikologis. Perubahan diakibatkan beberapa faktor, seperti faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi stabilitas hormonal yang tumbuh dalam diri remaja, sedangkan faktor eksternalnya meliputi pengaruh lingkungan, media dan teman sebayanya. Kasus remaja yang paling menjadi trend saat ini salah satunya adalah seks bebas dikalangan remaja sekolah. Hal ini terjadi karena pengetahuan tentang seks yang benar dan bertanggungjawab belum dimiliki secara utuh oleh remaja. Peran Orang tua, sekolah dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk mengantarkan remaja tumbuh menjadi remaja yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar